Pages

Jumat, 21 Januari 2011

renungan... semoga bermanfaat bagii kalian semuanya..

ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB…
Apa kabar, Sahabat-sahabatku??
Hari-hari berlalu kian cepat… banyak hal-hal baru yang kita hadapi,,, banyak masalah-masalah yang menghadang langkah kita, banyak pula kesedihan yang yang membuat kita sesak dan penat, hingga kita merasa gelisah, kita merasa jauh akan ketentraman jiwa…
dan, sahabatku, ini hanyalah sedikit tulisan panjang yang mungkin bisa membantu kita (aku dan kamu), mungkin juga bisa menjadi bahan untuk perbaikan kita (aku dan kamu). Bisa disebut Renungan kali, ya??hehehee 
Sengaja aku kutip dari buku MENATA HATI MERAIH KEDAMAIAN DIRI ( karya ; Asyraf Syahin ), buku yang aku pinjem dari sahabatku juga.
Sahabat, semoga dengan kutipan ini, kita bisa menemukan motivasi agar kita tetap maju berjalan di jalan yang penuh ke ridhaan ALLAH SWT. Amien.
Selamat membaca! 
================================
Tulisan berikut ini adalah surat pribadi. Bacalah dengan hatimu dan anggaplah tulisan itu darimu dan untuk dirimu sendiri.
SURAT PRIBADI “KEPADA DIRIKU”
Wahai DIRIKU,
Kalimat, “Allah lebih baik dan kekal,” adalah sebuah kebenaran yang diakui oleh orang-orang mukmin di setiap waktu dan tempat. Wahai diriku, sekarang akuilah kebenaran itu, beramallah dengannya dan karenanya. Karena ALLAH lebih baik dan kekal. ALLAH lebih baik dan kekal dari segala sesuatu. ALLAH lebih besar dan lebih tinggi dari segala sesuatu. Maka dari itu, sejak sekarang jangan sampai engkau lebih memilih sesuatu dari pada DIA. Jadikanlah ridha ALLAH sebagai tujuan utamamu. Jangan engkau lebih memilih tujuan yang lain daripada tujuan tersebut.
Wahai DIRIKU,
Tidakkah kegundahan ini membuatmu gelisah? tidakkah kesedihan ini membuatmu sakit? Sekarang yakinlah bahwa tidak ada kesenangan, ketentraman, kebahagiaan, dan ketenangan, kecuali dengan mencintai ALLAH, taat kepada-Nya, dan berlindung kepada-Nya.
Wahai DIRIKU,
Berkali-kali engkau berlindung pada ALLAH dalam setiap kesedihan dan kesempitan,tapi sekarang aku tidak akan menunggu hingga datang kesedihan dan kesempitan yang baru, aku akan membawamu menuju ALLAH, aku akan mendorongmu menuju kepada-Nya, berjalanlah bersamaku kepada-Nya bahkan larilah bersamaku menuju kepada-Nya.
Wahai DIRIKU,
Berkali-kali engkau mengagumi orang yang mendapat pertolongan ALLAH dan menerangi langkah mereka dengan cahaya-Nya, maka sekarang jadilah engkau seperti mereka. agar engkau merasakan kebahagiaan sebagaimana mereka merasakannya, agar engkau sampai kepada posisi mereka. orang yang bisa merasakan, barangkali engkau akan mengulang-ulang apa yang mereka ucapkan,”Seandainya para raja itu mengetahui kenikmatan yang kami rasakan niscaya mereka akan merebut kenikmatan itu dari kami dengan pedang-pedangnya.”
Wahai DIRIKU,
Tidakkah engkau rindu dengan tetesan air mata yang menyebabkan terampuninya dosa? Tidakkah engkau rindu dengan sujud yang melunakkan hati? Tidakkah engkau rindu dengan qiyamul lail yang memperlihatkan benarnya langkahmu kembali kepada-Nya?
Wahai DIRIKU,
Seakan-akan Al-Qur’an merindukan suaramu. Seakan-akan malam merindukan berdirimu untuk qiyamul lail. Seakan-akan lisan ini merindukan dzikirmu. Seakan-akan mata ini merindukan air matamu. Seakan-akan jantung ini merindukan denyutan karena takut kepada ALLAH. Sekarang saatnya kita menyambut semua keinginan dari yang sedang rindu ini. Kita akan menyambut keinginannya dengan sujud khusyuk, bacaan Al-Qur’an yang diiringi dengan isak tangis, kembali kepada ALLAH dengan sebenarnya dan seterusnya.
Aduh, Wahai DIRIKU,… Aduh, Wahai DIRIKU,
Aku memohon kepada ALLAH semoga air mata ini mengantarkan rintihan demi rintihan ini kepada-Nya. Aku berharap kepada ALLAH semoga kekhusyukanku dapat mengantarkan rintihan demi rintihan ini kepada-Nya. Rintihan yang mulai bergerak bersama segala kerinduan menuju kepada ALLAH. Rintihan yang mulai bergerak bersama segala penyesalan atas penyia-nyiaan terhadap hak ALLAH. Rintihan demi rintihan yang bergerak bersama setiap harapan agar tetap dalam kondisi yang lebih baik bersama ALLAH.
Aduh, Wahai DIRIKU,… Aduh, …
“tawanan adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya, dan orang yang dipenjara adalah orang yang dihalangi dari Rabbnya” sebuah kebenaran yang diajarkan oleh orang-orang shalih kepada kita dari waktu ke waktu. Sekarang aku akan mengingatnya dan merasakannya. Dengan mengingatnya dan merasakannya, akan muncul rintihan demi rintihan dari dalam hati. Rintihan-rintihan akan muncul, sedang aku melihatmu sebagai tawanan, wahai diriku. Sungguh aku melihatmu sebagai tawanan; tawanan dari kelemahanmu, dosa-dosamu, dan hawa nafsumu. Rintihan-rintihan yang lain juga muncul, wahai DIRIKU, aku juga melihatmu terbelenggu dan terpenjara. Terbelenggu oleh dosa-dosamu, aib-aibmu, dan angan-anganmu. Dengan belenggu itu engkau terhalangi dari kelezatan iman, kedamaian, dan ketenangan, ketaatan kepada ALLAH, nikmatnya dzikir, serta nikmatnya menangis karena takut kepada ALLAH. Dengan tetesan airmata, aku memanggilmu, maka penuhilah panggilanku. Dengan tetesan airmata, aku memanggilmu, “Selamatkan aku.” Dengan tetesan airmata, aku memanggilmu,”Bebaskan aku dari penawanan ini.” Dengan tetesan airmata pula, aku memanggilmu,”Keluarkan aku dari penjara diriku, selamatkan aku, bebaskan aku, dan keluarkan aku.”
Aduhai DIRIKU…. Aduhai DIRIKU….
Rintihan demi rintihan telah aku ucapkan. Bersama dengan berbagai rintihan ini aku ingin bertanya kepadamu. Ya, aku akan bertanya kepadamu lalu jawablah pertanyaanku. Sampai kapan engkau menjadi tawanan? Sampai kapan engkau terbelenggu dan terpenjara? Sampai kapan? Sampai kapan? Sekarang saatnya bagimu untuk menghancurkan belenggu ini. Sekarang saatnya bagimu untuk terbebas dari penawanan ini. Sekaranglah saatnya, sekaranglah saatnya!
Aduhai DIRIKU,
Tidakkah engkau malu? Berapa kali bermaksiat kepada ALLAH, padahal Dia melihatmu? Berapa kali engkau mengucapkan kata-kata jelek padahal Allah mendengarnya? Berapa kali engkau menempuh jalan kesesatan, padahal Allah mengawasimu? As-Sami’ (Yang Maha Mendengar) pasti mendengar, Al-Bashir (Yang Maha Melihat) pasti melihat. Al-Alim (Yang Maha Mengetahui) pasti mengetahui. Tetapi, alangkah indahnya “tetapi”. Tetapi, alangkah bagusnya “tetapi”. Tetapi, alangkah menyenangkannya “Tetapi”. Tetapi karena Dia Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang). Tetapi karena Dia Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun). Tetapi karena Dia Al-Halim (Yang Maha Penyantun). Karena Dia menyayangi dan menutupi, serta memaafkan, dan mengampuni.
Aku katakan sekali lagi padamu,”Tidakkah engkau malu dengan kemaksiatanmu kepada Allah, sedangkan Dia melihatmu, mendengarmu, mengawasimu, dan memantaumu? Tidakkah engkau malu dengan kemurahan Allah padamu dan ditutupnya aibmu oleh-Nya. Tidakkah engkau takut jika kemurahan ALLAH kepadamu berubah menjadi adzab, dan ditutupinya aibmu menjadi hukuman? Tidakkah engkau malu? Tidakkah engkau takut? Tidakkah engkau senang, bahkan sangat senang kepada yang mengasihi, menutup aibmu, memaafkanmu, serta mengampunimu?”
Aduhai jiwaku…. Aduhai jiwaku….
Alangkah sedikitnya rasa malumu! Alangkah dekatnya adzab yang akan engkau terima jika engkau tidak segera kembali kepada Rabbmu dan jika Dia tidak menyayangimu.
Wahai diriku… Wahai diriku… Wahai diriku…
Sekarang saatnya engkau tenang! Tapi, sekali lagi engkau tidak akan tenang kecuali dengan menjauhi segala perbuatan yang dapat menjauhkan dirimu dengan Rabbmu. Maka, jauhilah! Sekarang saatnya engkau tenang, dan sekali-kali engkau tidak akan merasakan ketenangan kecuali dengan melaksanakan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Rabbmu kepadamu, maka laksanakanlah. Sekarang saatnya engkau merasa tenang dengan kembali kepada Rabbmu. Sekarang saatnya engkau merasa tenang, maka tenanglah. Sekarang saatnya kembali, maka kembalilah pada Rabbmu.
Wahai diriku…
Engkau tidak akan merasakan ketenangan hanya dengan kata-kata, dan tidak akan bisa kembali kepada Rabbmu hanya dengan ungkapan saja, akan tetapi kata-kata dan ungkapanmu harus diiringi dengan perbuatan. Wahai diriku, inilah beberapa amalan yang aku tentukan untuk diriku, dan aku akan berusaha untuk menetapinya.
Dengan pertolongan Allah, aku bertekad setiap hari akan melakukan aktivitas :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
(jika mau/ingin, sahabat-sahabat semua bisa mengisi note pribadi yang sahabat punya (Jika punya Map Priority, diary, catatan harian, atau apalah) dengan memilih sendiri apa yang akan dikerjakan dan ditinggalkan dalam rangka menguatkan dan meningkatkan hubungan diri dengan Allah)
=======================================
Alhamdulillah kelar juga ngutipnya,
Hmmmh, Ini Cuma ajang sharing saja, sahabat. Terima kasih Bagi njenengan2 yang mungkin mau membaca atau berbagi motivasi buat temen2 bisa comment juga, jadi ada komunikasi yang InsyaALLAH tujuannya untuk kebaikan bersama. Siapa tau bermanfaat bagi sahabat-sahabat semua…
Maaf atas segala kesalahan…(Maaf juga udah Menuhin Wall sahabat semua dengan note’ku yang mungkin dikira aneh ini. Hehehee. Maaf ya maaf!  )
Semoga bermanfaat…Semoga kita jadi pribadi yang lebih baik 

Salam persahabatan,

_JUST’FHA_

WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.

NB: Thanks buat bukunya, deg.. 